Victim Blaming
Melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga pipi kirimu. (Matius 5:39b)
Ayat ini sering kali jadi bahan olok-olok, karena ketidak-mengertian banyak orang. Istri Potifar memfitnah bahwa Yusuf hendak memperkosanya, padahal dialah yang terus membujuk Yusuf untuk tidur dengannya. Demi keadilan, semestinya si pemfitnah yang harus dihukum, karena sudah bermaksud mencelakakan orang lain dengan memberi keterangan palsu. Tetapi pada kenyataannya korban fitnah yang dihukum penjara.
Orang-orang sekeliling Saul membisiki dia bahwa Daud akan merebut tahtanya dan membunuh dia. Meskipun dari track record, Daud sering mengadu nyawa untuk melaksanakan perintah Saul. Tetapi justru Saul lebih percaya orang-orang di sekelilingnya yang iri kepada Daud. Jasa dan prestasi Daud tidak diingat sama sekali, karena pengaruh orang-orang dekatnya.
Dalam kehidupan ini banyak orang mengalami hal yang sama — yang pandai menjilat lebih dipromosikan dari pada yang berprestasi tapi tidak pandai menjilat. Bawahan menjadi pesakit utama dalam kegagalan melaksaksanakan tugas, ataupun kegagalan mencapai target. Kondisi persaingan yang sengit, faktor harga, kurangnya promosi, produk yang kalah menarik dari kompetitor tidak menjadi bahan pertimbangan akan hasil kerja yang tidak memuaskan. “Yang jelas kamu telah gagal, jangan banyak alasan!” — itu yang sering kita dengar dari atasan.
Ingatlah bahwa wine hanya bisa dinikmati dari grape yang sudah diperas.
Yusuf tetap melakukan yang terbaik sekalipun sebelum dijual dia adalah anak kesayangan Yakub. Bahkan ketika di penjara dia membantu kepala penjara mengurusi para napi lain. Daud tetap percaya kepada Tuhan walau mengalami sangat banyak ketidak-adilan di hidupnya. Abraham tetap mengasihi Lot — keponakan yang egois dan tidak tahu berterima kasih dan membebaskannya dari tawanan.
Banyak dari kita yang pipi kirinya sudah ditampar, tetapi berapa banyak yang rela memberikan pipi kanannya juga? Ketidakadilan, penderitaan, fitnah, aniaya yang sudah kita alami tidak akan membawa kebaikan dan promosi bila tidak ada kerelaan hati untuk dibentuk lebih lanjut. Kita hanya jadi barang setengah jadi yang tidak berguna.
Rela berikan pipi kanan untuk juga ditampar? Atau karena sakit di pipi kiri begitu berbekas dan belum hilang maka jangan sampai pipi kanan juga kena tampar?
Sebagai ganti bahwa kamu mendapat malu dua kali lipat, dan sebagai ganti noda dan ludah yang menjadi bagianmu, kamu akan mendapat warisan dua kali lipat di negerimu dan sukacita abadi akan menjadi kepunyaanmu. (Yesaya 61:7)