Minta Bantu Doa

Meminta bantuan doa atau minta didoakan bukanlah sesuatu yang asing bagi orang percaya. Di banyak pelayanan bahkan disediakan formulir bantuan doa yang bisa diisi pergumulan, masalah, yang sedang dihadapi dan harapan jawabannya. Tidak ada yang salah dengan meminta bantuan doa kepada para pemimpin rohani, saudara seiman, rekan satu sel grup, ataupun hamba Tuhan yang dianggap dipakai dengan karunia-karunia khusus. Rasul Paulus pun meminta agar jemaat mendoakannya.

dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara. – (Efesus 6:18-20)

Saudara-saudara, doakanlah kami. – (1 Tesalonika 5:25)

Rasul Paulus sebagai hamba Tuhan yang dipakai Tuhan dengan luar biasa dan penulis hampir setengah dari kitab-kitab Perjanjian Baru meminta untuk didoakan, apalagi kita sebagai manusia biasa atau orang awam. Sebagai hamba Tuhan saya sering diminta mendoakan orang, baik dalam pertemuan-pertemuan ibadah maupun via telpon. Tetapi ada banyak perspektif yang keliru bahkan sesat dalam praktek meminta bantuan doa atau dukungan doa.

1. Meminta bantuan doa bukanlah mengambil alih semua beban doa orang yang memintanya sehingga yang punya beban bisa santai-santai karena sudah diserahkan semua ke pendoa.

Saya ingat seorang ibu yang suaminya selingkuh dan memberikan demikian banyak harta benda kepada selingkuhannya, minta didoakan agar suaminya bertobat dan melepas selingkuhannya. Keadaan ibu ini memprihatinkan, karena kalau selingkuhan diberikan mobil, ibu ini mau kemana-mana mesti nunggu diantar anak lakinya. Keuangan dan ruang gerak juga sangat dibatasi padahal suaminya pengusaha besar. Karena kasihan melihat keadaannya, selama beberapa waktu saya medoakan dia dengan sungguh-sungguh. Dalam suatu sesi syafaat ketika saya mendoakan ibu ini saya mendengar Roh Kudus berkata; “Koq, kamu yang repot?” Saya jadi bingung dengan perkataan Roh Kudus ini, karena saya mendoakan ibu itu semata-mata karena kasihan akan keadaannya. Dia tidak akan bisa memberikan saya apapun, wong keuangannya sangat dibatasi suaminya. Saya mendapat penglihatan ada tangan yang menimba air dari sumur. Setiap kali ember sudah hampir sampai ke mulut sumur, tangan itu melepaskan talinya, sehingga ember kembali nyemplung ke dalam sumur. Dan itu dilakukan berkali-kali, padahal ember sudah tinggal diraih dan airnya bisa didapat. Di dalam roh saya mendapat clue bahwa dia tidak berdoa untuk pergumulan yang dia minta saya bantu doa. Saya kemudian menelpon ibu itu dan menanyakan apakah masih tetap bergumul, jawabannya sungguh mengagetkan saya. Dia katakan biar sudah apa mau suaminya, dia sudah tidak mau berdoa tentang itu lagi. Pantas saja Roh Kudus menegur saya, lah dia yang punya beban sudah tidak berdoa lagi, saya yang malah mendoakan dia dengan sungguh-sungguh. Weleh, ternyata salah.

1 Korintus 4:4 New International Version — My conscience is clear, but that does not make me innocent. It is the Lord who judges me.

Terjemahan bebasnya: (walau) hati nuraniku bersih, tapi itu tidak membuat aku bebas dari kesalahan. Tuhanlah yang menghakimi aku.

Walau kita berdoa syafaat dengan murni dan tulus ternyata tindakan ini bisa salah di mata Tuhan. Karena banyak orang minta doa tanpa punya kehidupan doa. Mereka malas bergumul untuk persoalan hidup mereka sendiri, hanya rajin cari pendoa untuk curhat dan memindahkan beban hidupnya ke orang lain. Dan anehnya mereka bisa cerita dan minta doa atas persoalan yang sama kepada puluhan pendoa. Seakan beban mereka demikian berat sehingga sudah dipindahkan pun tetap tidak habis-habisnya. Luar biasa.

Dari penglihatan tentang tangan yang menimba air itu saya mendapat pelajaran yang sangat berbekas. Seringkali orang berhenti berdoa justru pada saat jawaban doa hampir terjadi, sehingga mereka tidak berdoa, tetapi karena tekanan dan himpitan tidak selesai, mereka mulai berdoa lagi. Belum terjawab, jenuh, capek, pegel ati, dan kembali berhenti berdoa. Siklus ember/gayung yang sudah hampir sampai mulut sumur tinggal diraih, malah nyemplung kembali ke dalam sumur.

Slogan teruslah berdoa sampai sesuatu terjadi pada kenyataannya menjadi praktek berdoalah sampai jenuh, bosan, kemudian berhenti. Karena masalah jalan terus mulai doa lagi dan jadi lelah, bosan, berhenti lagi. Ini siklus yang dialami dan dipraktekkan banyak orang percaya. Mereka merasa sudah berdoa dan sudah menunggu demikian lama, tetapi jawaban belum datang juga. Jelas Tuhan menghargai ketekunan seseorang (Lukas 18:1-8)

Dari peristiwa ini saya belajar tidak hanya tulus hati, tapi harus juga cerdik, sehingga kemudian ketika ada seseorang ibu menelpon saya meminta bantuan doa, saya langsung tanya dia sedang ada di mana. Dia jawab di mall, saya langsung katakan doa sendiri saja, kemudian telpon saya tutup. Dia yang punya masalah jalan-jalan di mall, saya disuruh di rumah saja mendoakan dia. Koq enak di dia dan tidak enak di saya?

2. Pendoa bukan orang sakti yang bisa meluluskan keinginanmu terlepas dari kehendak Tuhan. Jangan memperlakukan seorang hamba seperti memperlakukan orang pinter/dukun.

Seorang pengusaha tambak udang pernah mengundang saya untuk berdoa di lokasi tambaknya karena dia terus mengalami kerugian. Tetangganya yang hanya terpisah pagar, panen udang vanamenya sejak awal selalu berhasil sementara dia rugi terus. Kami bertemu di airport kemudian dijemput sopirnya menuju tambak yang berjarak tempuh hampir 3 jam dari bandara. Di sana kami berdoa, dan Roh Kudus mengingatkan tentang persepuluhan. Dia katakan memang dia tidak pernah melakukannya. Saya sampaikan agar dia lakukan, dia katakan dia tidak mau. Dan ada kalimat yang saya tidak mungkin lupa, dia katakan; “Kalau begitu bapak kurang sakti!”

Waduh, dia yang adalah orang terkemuka di gerejanya, usahanya juga bermacam-macam, tetapi paradigmanya sesat. Hamba Tuhan bukan dukun, mereka cuma hamba, walau ada pemakaian dan pengurapan. Jawaban tidak bisa terpisahkan dari melakukan dan membereskan apa yang menjadi keberatan hati Tuhan. Bukan seperti bayar dukun—main perintah dan dukun yang selesaikan.

Tapi pak, saya setia bayar perpuluhan, koq ekonomi menurun dan tidak pulih sampai sekarang?

Di renungan ini saya tidak akan membahas detail tentang perpuluhan, karena di Perjanjian Baru dan sepanjang sejarah geraja sampai tahun 777 tidak ada pengajaran dan praktek perpuluhan. Perpuluhan baru dipraktekkan atas perintah kaisar Charlemagne, bukan oleh bapa-bapa gereja. Perjanjian Baru hanya mengenal persembahan untuk orang miskin, janda-janda, anak yatim piatu, orang yang mengajarkan kita firman Tuhan dan para pengajar dan pemberita firman yang berjalan keliling memberitakan firman. Kalau orang percaya yang sudah lahir baru hidup dipimpin Roh, maka Roh Kudus yang akan menuntun dia termasuk dalam hal memberi dan persembahan, tidak terikat pada 10% tetapi sesuai kehendak Roh. Tetapi kalau masih belum peka, daripada salah, cara paling gampang ya beri perpuluhan. Karena kalau ikut pimpinan Roh bisa-bisa seluruhnya harus dipersembahkan.

Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. – (2 Korintus 3:6)

Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. | Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh (Galatia 5:18,25)

Jadi ayat-ayat ini dibaca dan direnungkan karena kita tidak sedang membahas polemik perpuluhan.

Ada lagi satu peristiwa yang saya sangat ingat, ketika dalam perjalanan, seseorang menelpon saya. Dia minta bantuan doa tentang pergumulan yang dia hadapi. Saat itu Roh Kudus katakan “Dia meninggalkan Aku.” Saya sampaikan bahwa Tuhan katakan dia meninggalkan Tuhan. Dia jawab dengan suara tanpa ragu dia tidak meninggalkan Tuhan, dia masih percaya kepada Tuhan Yesus. Saya jadi bingung dan doa lagi, kembali Roh Kudus tegaskan kalimat yang sama. Saya sampaikan lagi, bahwa dia meninggalkan Tuhan. Dia jawab dia tetap percaya Yesus. Tapi karena dia menikah dengan orang tidak percaya, sebagai istri dia ikut kepercayaan suaminya dan beribadah sesuai kepercayaan suaminya. Lha, itu namanya tetap percaya Yesus? Angel, wes angel tuturanmu.

3. Setelah didoakan jangan membatasi Tuhan dengan memberi time limit, maupun mengatur jawabannya harus semua sesuai kehendakmu.

Namanya memohon ya terserah hati Tuhan. Ingat Tuhan itu adalah tetap Tuhan bukan jongosmu, ya. Waktu dia memperkenalkan diri di padang gurun Dia katakan Akulah Aku (Keluaran 3:14). Tidak pernah dikatakan Akulah jongos yang maha kuasa, yang akan menuruti semua keinginan dan perintahmu.

Dalam pelayanan di divisi keuangan sebuah perusahaan, saya mendapat penglihatan sebuah foto seorang pria dengan latar belakang pagar tanaman. Sehabis ibadah saya mau menyampaikannya kepada si kepala kantor itu, tapi dia mengajak saya ke dalam ruang kerjanya. Setelah duduk saya sampaikan saya mendapat penglihatan sebuah foto seorang pria dengan latar pagar tanaman. Dia katakan dia masih simpan foto itu.
Saya tanya, itu foto siapa?
Bekas pacar lamanya, jawabnya.
Saya tanya lagi, dia sudah nikah?
Sudah, punya anak dua.
Koq, fotonya masih disimpan?
(mengheningkan cipta)

Pantas saja walau secara karier dia adalah kepala financial dept., secara fisik kulit putih bersih, body rajin pilates, tetapi sudah kepala empat jodoh masih jauh. Saya katakan kalau mau Tuhan beri jodoh bakar foto itu dan semua benda-benda yang berhubungan dengan mantan pacar yang sekarang sudah menjadi suami orang dan ayah dari dua anak. Dia mau membakarnya. Setelah cukup lama sekitar dua tahun berlalu, saya mendengar dia ngomeli saya, karena jodoh dari Tuhan belum tiba juga. Apa kurir salah kirim, alamat tidak jelas, ketlingsut di gudang? Ini kiriman paket atau jodoh sih? Saya juga pusing waktu mendengar jodohnya belum datang juga, dan bertanya-tanya dalam hati, apa sebab janji Tuhan belum tergenapi. Akhirnya saya mendengar dari temannya bahwa ketika didoakan jodoh dia bilang bahwa dia memberi waktu menunggu selama satu tahun. Bila dalam satu tahun ke depan Tuhan tidak berikan, maka dia tidak akan mau menikah.

agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah. – Ibrani 6:12

Percaya Tuhan akan berikan itu baik, tetapi tanpa kesabaran menanti waktu Tuhan, maka semua akan sia-sia. Ingat, ujian akhirnya adalah mata kuliah kesabaran.

Saya kenal dengan seorang pemilik hotel. Suatu waktu dia meminta saya untuk mendoakan dia, karena usianya sudah pertengahan kepala empat dan belum dapat jodoh. Waktu berdoa saya mendapat kalimat; “Aku sudah mengirim beberapa orang pemuda kepadanya, tetapi semua ditolaknya. Aku akan mengirimkan dia satu lagi, dan ini yang terakhir!” Kemudian Tuhan memperlihatkan beberapa pemuda itu melalui penglihatan. Kemudian saya sampaikan ciri-ciri pemuda-pemuda itu kepadanya. Dia mesem-mesem cengengesan dan mengakuinya, memang mereka berusaha mendekati dia tetapi dia menolak mereka semua. Untuk pemuda terakhir Tuhan juga memperlihatkan ciri-cirinya. Tidak lama berselang, saya mendengar pemuda dengan ciri-ciri seperti di penglihatan mendekati dia, tetapi dia dan keluarganya menolak pemuda itu, karena pekerjaan pemuda itu hanya salesman keliling. Dan benar apa pesan Tuhan, sekarang usianya sudah hampir enam puluh tahun masih jomblo. Kiriman terakhir juga dia tolak, tidak ada stok lagi. Selesai. Demikianlah ceritanya.

4. Petunjuk untuk jawaban Tuhan bisa diluar dugaan dan harapan. Jadi, baik itu minta didukung doa maupun didoakan, ya harus siap dengan jawaban yang tidak sesuai harapan.

Setelah pelayanan di sebuah gereja seorang ibu meminta waktu khusus agar saya bisa datang ke rumahnya mendoakan suaminya. Pada waktu yang disepakati saya dijemput supirnya. Di rumah itu si istri langsung nyerocos bercerita tentang segala kekurangan suaminya. Saya memotong ceritanya dan mengajak mereka berdoa, karena saya datang bukan untuk mendukung perspektif dan keluh kesah si istri terhadap suaminya, apalagi menjadi hakim atas suaminya. Dan apa yang disampaikan si istri yang menjadi pokok doanya belum tentu seperti itu di hadapan Tuhan.

Waktu doa, ada banyak teguran buat si istri yang ternyata usahanya lebih berhasil dari si suami, sehingga dia cendrung memandang rendah si suami, menganggapnya bodoh, pemalas, dan selengkapnya. Setelah mendengar banyak teguran itu dia menjadi marah dan mengatakan; “Bapak saya undang untuk menegur suami saya, bukan menegur saya! Kalau begini undangan pelayan ke gereja di Seattle saya batalkan!” Dia berharap undang hamba Tuhan yang akan manut-manut kepada kehendaknya. Jangan undang hamba Tuhan, undang hamba uang, pasti akan dituruti keinginanmu. Si istri adalah importir barang mewah yang dijual di mall-mall besar. Jangan undang hamba Tuhan yang peka, mending yang tidak bisa mendengarkan Roh Kudus, maka bisa disuruh mengatakan dan mendoakan apapun sesuai uneq-uneq hatinya.

Kejadian yang persis sama juga terjadi pada keluarga lain. Waktu pelayanan di suatu tempat, seorang wanita minta didoakan untuk suaminya yang konon kerasukan, karena tidak mau diajak berdoa, tidak mau diajak hadir di persekutuan doa, tidak mau ke gereja. Saya katakan untuk datang ke tempat saya bersama suaminya. Waktu datang dia masuk sendirian. Saya tanya mana suaminya. Dia bilang di mobil, tidak mau turun. Saya sampaikan saya tidak bisa melayani seorang wanita sendirian, saya harus ketemu dengan suaminya. Akhirnya dia kembali ke mobil dan lama sekali saya tunggu dia untuk membujuk suaminya turun dari mobil. Suaminya duduk dengan wajah tertekuk karena terpaksa. Si istri mulai mengulang cerita yang dia sudah sampaikan waktu saya bertemu dia di persekutuan doa. Saya katakan, mari kita berdoa. Ketika doa, Tuhan ungkap ternyata suaminya sakit sangat hati kepada istrinya sehingga tidak mau diajak doa, ke persekutuan dan ke gereja.

Saya sampaikan kepada suaminya, Roh Kudus katakan dia sakit hati kepada istrinya. Ketika mendengar itu, si suami menangis. Luar biasa, dari sekian tahun pelayanan baru pertama saya melihat suami yang menangis, biasanya si istri. Ini benar-benar CJDW alias one of a kind (siji dewe). Si suami kemudian mengatakan; “Benar pak, dia bilang saya keturunan goblok, papa mama saya goblok.” Waktu mereka pacaran memang si istri dari keluarga mampu sedang si suami dari keluarga biasa. Tetapi ketika cinta masih membara pasti bilang kuterima apa adanya, nanti kita cari sama-sama. Dalam perjalanan berumah tangga si istri usahanya makin besar, sedang si suami prestasinya tetap cuma satu, sukses mempersunting anak orang kaya, tapi tidak bisa mentas alias nasib tak berubah. Lama-lama si istri jadi muntab dan ngomel tiada akhir. Prestasi koq cuma itu saja, mbok ya sukses juga dong berusaha. Akhirnya terlontarlah kata goblok ke suami dan orang tua suami, yang memang sudah tua dan tetap kismin eh miskin. Inilah yang membuat suaminya tidak mau doa dan ibadah. Sedang si istri aktif ibadah di persekutuan dan gereja tapi rem mulutnya jebol. Jadi dari istrinya bilang suaminya kerasukan setan, tapi kalau ceritanya gini yang jadi setannya siapa?

5. Doa dan bantuan doa harus disertai kerelaan untuk bertobat, mengubah kehidupan agar sesuai hati Tuhan.

Adalah percuma berdoa tanpa hati yang mau diubah, karakter yang mau ditumbuhkan, dan kesiapan untuk mentaati Tuhan. Sehebat apapun orang yang mendoakan tidak akan ada hasilnya.

TUHAN berfirman kepadaku: “Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi! – (Yeremia 15:1)

biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH. – (Yehezkiel 14:14)

Jadi minta didoakan maupun minta dukungan doa bukanlah sesuatu yang salah, tetapi kita mesti memiliki pengertian yang benar tentang minta dukungan doa serta bersikap benar terhadap pendoa dan pesan-pesan yang disampaikan mereka. Dan kemudian melakukan perubahan dan pertobatan yang sesuai agar tidak ada yang menghalangi jawaban doa sampai kepada kita.

Mengandalkan orang lain, menggantungkan hidup pada doa orang lain, bukanlah tindakan yang tepat. Mencari-cari pendoa juga tidaklah alkitabiah, tetapi carilah Tuhan. Jangan cuma percaya kuasa doa, dan ingin mengalami jawaban doa, tetapi tidak suka berdoa. Berhentilah main titip doa, dan bertobatlah dari malas berdoa sendiri.

Sekian.