Mimpi jadi kenyataan?
Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu. (Amzal 24:27 ITB)
Versi NLT:
Do your planning and prepare your fields before building your house
Versi ESV:
Prepare your work outside, get everything ready for yourself in the field, and after that build your house
Versi NIV:
Finish your outdoor work and get your fields ready, after that, build your house.
Minggu lalu ada aktivis di salah satu cabang persekutuan kami yang menanyakan arti ayat ini lewat aplikasi WA. Saya pribadi tidak mengerti maksud ayat ini karena ayat ini bukanlah ayat-ayat favorit bagi kebanyakan orang percaya. Ini membuat saya mesti membuka Alkitab dalam beberapa versi terjemahan untuk mendapat perspektif yang lebih luas, sebelum saya membalas WA teman itu.
Terjemahan New Living Translation mengajarkan untuk kita tidak hanya penuh dengan rencana tapi berakhir hanya sampai sebatas wacana yang akan dibawa ke liang kubur. Rencana harus dikerjakan dan untuk bisa dikerjakan mulailah dari yang kecil lebih dahulu.
Ada dua orang yang saya tahu penuh rencana tapi tidak pernah dikerjakan. Seorang wanita muda pengusaha restoran mewah, tinggal di rumah seharga 30-40 milyar mengundang saya makan malam, dia bercerita bahwa dia terbeban untuk melayani orang-orang miskin. Dia berharap Tuhan memberikan dia suami yang kaya raya untuk membiayai pelayanan dia ke orang miskin. Hampir 15 tahun berlalu saya tidak pernah mendengar kabar bahwa dia sudah memulai pelayanan yang dia ceritakan. Apakah dengan kekayaan yang dia sudah miliki tidak cukup untuk memulai pelayanan?
Seorang pria punya cita-cita membuka showroom mobil. Di awal pernikahan, istrinya menyarankan dia memulai dengan mencoba makelaran 1-2 mobil lebih dahulu. Si suami menolak keras, mengatakan yang dia cita-citakan adalah punya showroom mobil bekas yang besar, bukan jual beli 1-2 mobil. Sampai tulisan ini di upload, istrinya masih yang menjadi tulang punggung keluarga, padahal anak mereka sudah dewasa. Dua puluh tahunan masih bermimpi belum melangkah sama sekali mewujudkan mimpinya. Kasur merk Hasten yang merupakan kasur termahal di dunia dengan harga 2 milyar lebih kalah empuk dari kasur merk “Halu” milik pria ini. Tetapi ada persamaan kasur Hasten dan kasur Halu milik pria ini. Kasur Hasten memakai bulu kuda untuk menambah empuknya, sedang dia memperkuda istrinya sejak mereka menikah.
Setia dalam perkara kecil barulah dipercayakan perkara besar (Matius 25:21)
Banyak terjemahan bahasa Inggris memakai kata field yang diterjemahkan secara lexical dalam bahasa Indonesia ladang. Tetapi secara grammatikal kata field juga bisa berarti “bidang keahlian”. Keahlian bisa di dapat dari pendidikan formal dan ada keahlian yang di dapat dari pengalaman. Jadi ada belajar di bangku sekolah ada keahlian yang di dapat lewat learning by doing.
Menyiapkan ladang: berarti kalau itu hutan harus membabat hutan dari pohon-pohon dan semak-semak, sehingga siap untuk ditanam. Persekutuan kami ada program lanjutan setelah membiayai perintisan gereja di Mahakam Hulu dari mulai tempat ibadah, perlengkapan ibadah, sampai ibadah bisa berjalan setiap minggu. Jemaat di sana mendapat ijin pembukaan lahan pertanian. Mereka memulai dengan land clearing membabat hutan dan menyiapkannya sebagai lahan pertanian. Bermacam jenis benih kami kirim untuk ditanam sekaligus mengecek tanaman apa yang cocok dan bisa memberi hasil maksimal di sana. Setelah covid19 berlalu kami berencana ke sana lagi dan teman dari Australia mau ikut. Karena ada program lanjutan di bidang peternakan yang bisa dikerjakan jemaat di sana. Ada teman yang dulu usaha ayam petelur dan pedaging yang bisa meracik pellet sendiri sehingga tidak tergantung pada pakan buatan pabrik.
Menyiapkan ladang berarti tidak ada instant success, membabat hutan, membersihkan semak-semak, meratakan, membersihkan akar-akar pohon yang tersisa dan menggemburkan tanah. Kemudian menaburkan benih dan merawatnya sampai waktu panen. “First steps are always the hardest,” kata orang.
Setelah semua kerja keras sekarang tiba masa yang paling diinginkan: membangun rumah. Apa yang dianalogikan sebagai membangun rumah bisa suatu pencapaian, mimpi yang jadi kenyataan atau suatu raihan kemapanan. Bagi para nomaden kuno yang biasa tinggal di kemah, membangun rumah tentu saja suatu pencapaian yang luar biasa. Tidak lagi hidup dalam standar serba dasar. Bagi masyarakat modern bisa berarti beranjak dari rumah kontrakan demi rumah kontrakan ke rumah sendiri. Karier yang pindah-pindah dan seperti yoyo menjadi karier yang stabil, pasti bahkan mungkin usaha milik sendiri. Bisa perubahan penghasilan pas-pasan dengan bonus berlimpah pertengkaran tiap hari karena tuntutan kebutuhan, keinginan dan ketidak-sabaran pasangan mengalami masa-masa paceklik menuju masa kelegaan dan ikat pinggang ketat bisa dilonggarkan dan mulut yang lebih rapat tertutup karena keinginan terpenuhi. Gitu bossque.
Tetapi ingat ada banyak fase yang berat yang harus dilewati, jalan panjang yang harus dilalui. Bukan satu dua langkah langsung sukses besar. Ingatlah kenyataan dan perjalan hidup tidak akan semudah dan semulus kata pendeta di mimbar. Jadi jangan baru mulai rajin ke gereja langsung minta semua doa dijawab. Baru mulai rajin doa langsung minta semua masalah beres. Baru memberi dengan jumlah total yang tidak berarti bisa dibanding dengan jumlah asset yang dimiliki, sampai langsung minta lebih diperkaya lagi.
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. (Mazmur 90:10)
Pengen semua bisa dicapai dengan mudah dan hidup tanpa pergumulan, kesukaran, masalah? Masuk ke dunia halu sana!
