Hidup Dipelihara Tuhan atau Dipelihara Jemaat
Sudah tujuh bulan lebih pandemi korona belum ada tanda mereda atau berakhir. Ibadah hanya bisa dilakukan secara online di gereja-gereja yang memiliki fasilitas untuk itu. Sedang di banyak daerah pelosok, ibadah tidak bisa diadakan, sekalipun secara online. Imbasnya banyak pelayan yang hidup on weekly basis (persembahan dari ibadah mingguan) kehilangan income. Saya tidak berbicara tentang tempat-tempat ibadah yang besar yang sekalipun corona berlangsung 5 tahun lagi tidak akan berpengaruh karena uang simpanan tumpukannya sudah setinggi gunung Jungfraujoch di Swiss.
Ada teman tim pelayanan yang cerita ada gembala yang kena gejala kanker usus karena setiap hari makan makanan instan. Syukurnya ada program BPJS sehingga semua biasa pemeriksaan dan perawatan tidak ditanggung sendiri, tetapi ada juga yang memang benar-benar kesulitan untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya.
Dengan belum ada tanda–tanda meredanya pandemi ini, kita mesti bersiap beberapa waktu ke depan, corona akan tetap ada di tengah-tengah kita. Dan tentu saja untuk banyak hamba Tuhan yang melayani jemaat kecil, orang-orang sederhana, keadaan bisa makin buruk untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Lalu apakah kita harus menengking pandemi ini agar cepat minggat dari bumi dan kita perintahkan virus covid-19 agar pindah ke planet Asgard? Sudah banyak yang menengkingnya dan hasilnya virus ini masih saja merajalela. Jadi apa yang harus kita lakukan?
Banyak hal yang bisa kita bisa jadikan pelajaran lewat pandemi ini—daripada sibuk tengkang-tengking sampai jengking dengan suara melengking yang bikin badan jadi kurus kering seukuran kelingking, dan semua aspek kehidupan jadi sakit seperti disengat kalajengking. Virus yang tidak kasat mata ini bisa menyebabkan kematian demikian banyak orang di seluruh dunia, membuat resesi sekian banyak negara bahkan negara-negara maju, menggoyahkan demikian banyak perusahaan, mengguncang hidup dan ekonomi keluarga di mana-mana.
Pandemi ini memberi pelajaran berharga untuk banyak jenis manusia:
1. Buat orang-orang yang sombong.
Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” – (Yakobus 4:13-15)
Banyak orang percaya yang tidak melibatkan Tuhan mulai dari tahap perencanaan, kalaupun berdoa itu sering kali hanya meminta restu dan berkat dari Tuhan atas apa yang akan dikerjakan. Bukan mencari kehendak Tuhan atas apa yang sedang direncanakan. Pandemi ini membuat rencana yang akan menghasilkan kemajuan, perbaikan dan keuntungan, malah menjadi bencana. Ada seorang pengusaha baru invest di bidang pariwisata, baru opening satu bulan sudah diterpa corona sehingga harus tutup sampai sekarang. Belum mencicipi untung sekarang malah buntung. Kita harus mengakui bahwa tidak semua rencana dan perhitungan di atas kertas akan menghasilkan uang kertas. Bisa jadi modalpun lenyap tuntas.
Hanya Tuhan yang mengetahui masa depan dan merancangkan masa depan yang penuh harapan kepada kita semua (Yeremia 29:11). Pandemi ini memberi peringatan untuk merendahkan diri dan melibatkan Tuhan dalam setiap rencana dan memohonkan petunjuk dan arahanNya. Dan yang paling aman adalah hidup sepenuhnya dalam rencana Tuhan, karena tidak ada rencanaNya yang gagal (Ayub 42:2). Saya melihat dan mendengar sendiri orang-orang yang usahanya sesuai petunjuk dan tuntunan Tuhan tetap bisa berjalan walau di tengah badai. Bahkan ada yang tetap meraih prestasi dan mencapai target—sesuatu yang sulit kalau melihat terpaan corona ini. Seperti yang saya sudah tulis di renungan sebelumnya ada yang punya bisnis yang dalam keadaan sebelum pandemipun,termasuk sunset business, tetapi sampai sekarang orderan tetap masuk. Ada yang bisnis property tetap saja ada closing/transaksi. Ada yang bisnis kuliner tetap berkibar.
Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi, dan memakan hasil dari ladang; dibuat-Nya dia mengisap madu dari bukit batu, dan minyak dari gunung batu yang keras,
Tuhan Yesus tetap sama dahulu sekarang sampai selama-lamanya. Dia sanggup memelihara umat yang mau dipimpinNya dalam segala situasi dan kondisi. Tetapi orang-orang sombong yang keminter bisa dihancurkan oleh kebodohanya yang sok pintar. – (Ulangan 32:13)
2. Buat Kristen yoyo.
Ketika semua berjalan normal, lancar, baik, tanpa guncangan yang berarti, maka banyak orang merasa mereka sudah benar-benar percaya Yesus dan punya iman yang kokoh. Tetapi ketika guncangan mulai terjadi dan berlangsung lama, apakah iman itu tahan uji? Ada pepatah Tiongkok kuno yang berbunyi, “Chu cin pu pha sao” yang artinya emas murni tidak takut api.
Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. – (1 Petrus 1:7)
Semua situasi dan kondisi yang baik bukanlah barometer ideal untuk menguji iman seseorang, bahkan sebaliknya itu memberikan rasa aman palsu kepada banyak orang—bangunan iman yang didirikan di atas pasir, bukan di atas batu karang Kristus. Pasir adalah butiran-butiran halus yang lepas satu sama lain, sekalipun mungkin itu pasir besi tetapi semuanya lepasan, sedang batu karang berbentuk bongkahan solid yang kuat. Keselamatan tidak bisa dipisahkan dari hidup berpadanan dengan Kristus.
Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. – (1 Petrus 1:7)
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil – (Filipi 1:27)
Firman Tuhan tidak bisa dipilah-pilah, yang disukai, diingat, diklaim, diperkatakan hanya janji-janjiNya. Sementara kehendak, perintahNya dikesampingkan. Firman Tuhan adalah satu kesatuan—dalam perintah ada janji, dalam ketaatan ada perlindungan dan keluputan, dalam penyerahan ada pembelaan, dalam iman ada mujizat. Butir-butir pasir mudah dihanyutkan air, sedangkan batu karang tidak akan goyah oleh hempasan badai topan, bahkan air bah. Berhentilah memilah (janji) Firman yang kita suka dan ingin kita lihat tergenapi dan kita nikmati dengan perintah dan kehendak Tuhan yang kita kurang sukai dan dengan berbagai dalih tidak kita lakukan.
Di sinilah kita perlu mendapatkan pengajaran yang sehat dan seimbang, bukan hanya pengajaran penuh halusinasi tentang ikut Tuhan akan dibuat sukses, kaya, hidup nyaman, semua beres—tetapi pengajaran penyangkalan diri, proses peremukan dan pembentukan lewat kematian manusia lama dan kelahiran baru oleh Roh, pemurnian iman dan pembaharuan akal budi. Sejak pandemi ini saya banyak ditelpon orang-orang yang saya tahu tidak suka mendengar pengajaran, tetapi hanya mengejar nubuat dan janji-janji saja. Saya tidak angkat telpon mereka karena kalau orang menolak pengajaran dan hanya ingin berkat-berkat saja, Tuhan tidak berkenan atas orang itu.
Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu. – (Hosea 4:6)
Sebab itu seperti lidah api memakan jerami, dan seperti rumput kering habis lenyap dalam nyala api, demikian akar-akar mereka akan menjadi busuk, dan kuntumnya akan beterbangan seperti abu, oleh karena mereka telah menolak pengajaran TUHAN semesta alam dan menista firman Yang Mahakudus, Allah Israel. – (Yesaya 5:24)
Dengarlah, hai bumi! Sungguh, ke atas bangsa ini Aku akan mendatangkan malapetaka, akibat dari rancangan-rancangan mereka, sebab mereka tidak memperhatikan perkataan-perkataan-Ku dan menolak pengajaran-Ku. – (Yeremia 6:19)
Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? – (Mazmur 50:16)
Biarlah slogan/nubuat yang didengungkan berulang-ulang dan menjadi 3 tema khotbah utama paling populer beberapa tahun belakangan ini tentang terobosan, promosi, percepatan, membuktikan apakah itu berasal dari Tuhan atau dari hati manusia belaka.
Kita tahu yoyo bergerak naik turun—diberkati – suka cita, semua lancar – bersyukur, semua keadaan baik – beriman. Tetapi ketika badai topan datang, masih sukacita, masih bisa bersyukur, dan beriman? Sering tidak perlu waktu lama untuk jadi stress dan tertekan, penuh keluhan,dan mempertanyakan kasih, kebaikan dan kesetiaan Tuhan. Jangan jadi yoyo, belum apa-apa sudah loyo. Padahal dulu super ngoyo cari harta duniawi sampai lelahnya sontoloyo.
3. Buat pelayan dan hamba Tuhan.
a. Bagi beberapa orang ini bisa jadi sebuah warning atau reprimand, bahwa Tuhan bisa memporak-porandakan pelayanan yang kita bangun, karena Dialah yang menebus dan memiliki domba-dombaNya. Kita bukan pemilik domba, apalagi kalau selama ini berkelakuan sebagai pemerah susu, penggunting bulu apalagi pemangsa domba.
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-domba-Ku dari mereka dan akan memberhentikan mereka menggembalakan domba-domba-Ku. Gembala-gembala itu tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan domba-domba-Ku dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya.
b. Bagi para nabi palsu yang bernubuat seenaknya. – (Yehezkiel 34:10)
Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang. Sebab itu hari akan menjadi malam bagimu tanpa penglihatan, dan menjadi gelap bagimu tanpa tenungan. Matahari akan terbenam bagi para nabi itu, dan hari menjadi hitam suram bagi mereka. – (Mikha 3:5-6)
Teologi kemakmuran jelas bukanlah bagian dari Injil Keselamatan, tetapi ini menjadi hal paling populer dan bisa jadi jualan paling laku di “lapak mimbar”. Terlalu banyak umat yang menutup telinga terhadap kebenaran tetapi membuka telinga untuk dongeng kesuksesan, promosi, terobosan percepatan yang tidak Alkitabiah. Tuhan mengungkapkan rencanaNya bagi hidup Yusuf sebanyak dua kali, tetapi Ia tidak mengungkapkan jalan apa yang harus dilewati Yusuf agar rencana itu tergenapi. Ada ujian, ada penderitaan, ada kesabaran menunggu, ujian iman untuk tetap percaya, ujian integritas, dan perendahan yang luar biasa. Sekarang kita mendengar khotbah-khotbah indah yang tidak seimbang, sukses, kaya raya, hidup nyaman, tenar lewat khotbah terobosan, promosi dan percepatan tanpa mengajarkan jalan-jalan Tuhan yang harus kita lewati—dengan alasan karena waktunya sudah singkat maka semua itu ditiadakan. Harus diingat Kerajaan Allah tidak pernah menurunkan standar dan kualitasnya dengan alasan waktunya sudah singkat. Inilah penyesatan yang disusupkan lewat ajaran percepatan. Ingat, dalam cerita tentang bendahara yang tidak jujur, si tuan langsung memecat si bendahara, tidak menunda sampai ia mendapatkan bendahara pengganti (Lukas 16:3). Sementara ajaran tentang terobosan tidak mengajarkan tentang ujian kesabaran yang harus dilewati orang percaya sampai waktu kairos Tuhan tiba. Mereka mau mengatur Tuhan agar bekerja menurut kronos mereka. Sementara ajaran yang fokus tentang promosi Tuhan akan membuat orang percaya makin tidak murni sebagai umat Tuhan.
Mazmur 105:19
ITB: sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya.
NASB: until the time that his word came to pass, The word of the Lord tested him (sampai firmanNya tergenapi, Firman Tuhan mengujinya)
NIV: Till what he foretold came to pass, till the word of the Lord proved him true (sampai apa yang disingkapkan kepadanya tergenapi, sampai firman Tuhan membuktikan dia (Yusuf) benar.
MEV: Until the time that his word came, the word of the Lord tried him. (sampai waktu FirmanNya terjadi, Firman Tuhan menguji dia).
NLT: until the time to fulfill his dreams, the Lord tested Joseph’s character (sampai waktunya untuk menggenapi mimpi-mimpinya, Tuhan menguji menguji karakter Yusuf).
Dari beberapa versi terjemahan dia atas kita bisa melihat sekalipun Tuhan menyingkapkan rencanaNya kepada Yusuf, yang sekarang kita artikan sangat sempit sebagai janji-janji pribadi Tuhan kepada seseorang. Ada waktu penantian dan masa ujian yang harus dilewati agar semuanya tergenapi. Kalau percepatan diartikan membuang segala penghalang yang akan menghambat rencana Tuhan tergenapi—pemberontakan, ketidak-percayaan, kenajisan dan dosa—itu tidak salah. Tetapi mengajarkan bahwa semua bisa dicapai tanpa ujian, tanpa perlu menunggu waktu Tuhan, tanpa ada standar karakter yang Tuhan inginkan, itu jelas sesat.
diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. – (Mazmur 105:17)
Apa yang banyak orang anggap sebagai janji pribadi Tuhan adalah bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari rencana Tuhan yang lebih luas—bukan sekedar memberkati hidup seseorang, tetapi menjadikan dia berkat bagi orang lain. Tidak ada tempat bagi orang yang egois, self centered, tamak dalam perjanjian dengan Tuhan.
Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. – (Kejadian 45:5-7)
Yusuf mengerti rencana Tuhan dalam hidupnya bukan hanya untuk mengangkat dia pada kedudukan yang sangat tinggi. Tetapi ada rencana lain yang lebih besar agar dia menjadi alat Tuhan dalam menghadapi kelaparan yang akan berlangsung selama tujuh tahun. Jadi jangan heran kalau apa yang kita anggap sebagai sebuah janji pribadi persiapan, proses didikan dan butuh waktu lama untuk menggenapi semuanya. Karena ada rencana lain yang lebih besar di hati Tuhan, dan kita dijadikan alatNya bagi rencana itu. Dengan mengerti hal yang hakiki ini kita memperlakukan janji-janji pribadi dengan lebih proporsional. Dan apapun promosi itu tujuannya agar kita menjadi alat bagi rencanaNya. Bukan agar kita bisa menikmati hidup nyaman dalam kesuksesan, kekayaan dan kenyamanan. Berhentilah berpikir promosi Tuhan akan menjadikan kita boss, tetapi sadarilah tujuan promosi Tuhan akan menempatkan kita sebagai alat dan hambaNya. Jadi karakter–karakter sampah harus dikerok habis dari hidup kita. He will never promote you to become a big boss of your own, but a faithfull servant to fulfill His purposes. Stop dreaming your own dreams.
c. Bagi hamba Tuhan yang melayani Tuhan tetapi berharap upah dari jemaat.
Hamba haruslah mengerjakan kehendak Tuannya, bukan menuruti kehendak umatNya. Jelas hamba Tuhan, bukan hamba jemaat. Jadi saatnya mengkoreksi fokus dan motivasi. Fokus menyenangkan Tuhan, bukan terus membuat jemaat merasa nyaman tanpa pernah diingatkan atau disinggung apa yang mereka perlu perbaiki, tinggalkan atau lakukan. Motivasi sebagai alat Tuhan, bukan memperalat Tuhan. Orang yang bekerja 1 jam di kebun anggurpun tetap diupah, apalagi yang bekerja bertahun-tahun. Tetapi penggarap yang jahat yang ingin menguasai sepenuhnya kebun anggur bagi kepentingannya sendiri akan dihukum (Matius 21:41).
Tidak berarti ketika kita taat langsung secepat itu Tuhan jawab atau ubah keadaan kita. Ada ujian iman, pemurnian motivasi, ketaatan, ketekunan, yang harus kita lewati. Kalau kebutuhan kita semua terpenuhi, bagaimana kita tahu tingkat kemurnian pelayanan kita? Bisa saja kita melayani karena motivasi materi yang tersedia. Ketika aliran materi hanya menetes lambat, masihkah kita bertahan? Kalau kita terus tekun maka kita lulus dalam penyerahan, iman percaya, kesabaran dan penyangkalan diri. Kalau kita gagal jelas tujuan kita hanya kenyamanan hidup— hidup benar dan melayani dengan tulus bukan menjadi bagian hidup kita—maka kita adalah budak bagi hawa nafsu kita sendiri.
Fokuslah menyenangkan Tuhan apapun resikonya pada pelayanan, karena itulah yang paling aman. Apa yang bisa dilakukan manusia yang adalah tanah liat buat kita? Kita tidak bisa menyenangkan semua orang, jadi pilihlah menyenangkan Tuhan saja. Dia tahu siapa yang menjadi milikNya. Dia bisa pelihara kita, bahkan menyediakan tempat bagi kita dalam KerajaanNya, jemaat paling kasih uang, pujian, hormat, ketenaran. Kalau mereka bangkrut, melarat, kena penyakit yang mematikan apa yang mereka bisa berikan?
d. Bagi yang murni melayani Tuhan.
Motivasi yang murni tidak meniadakan proses yang harus kita lewati dalam panggilan dan pelayanan. Tetapi itu mempermudah perjalanan kita dan membuat kita tidak berjalan di jalan yang licin yang membuat kita mudah jatuh. Tetapi kenapa kami yang motivasinya murni masih perlu diproses lagi? Bagi yang motivasinya ngawur tujuan proses agar mereka dibersihkan dari motivasi yang salah. Bagi yang murni tujuan proses adalah untuk menumbuhkan dan menambah karakter-karakter lain karena tujuan akhir kita adalah menjadi sama dengan Kristus. Jadi jangan salah berharap—yang motivasi fulus diproses, yang motivasi tulus juga tetap diproses. Terimalah didikan, jangan keraskan hati.
e. Bagi spectator dan commentator
Proses yang Anda lihat terjadi pada orang yang melayani baik yang tujuannya semata-mata fulus dengan aneka akal bulus, dengan omongan halus lambe gudir mulut manis nan berbisa, jangan diikuti apalagi ditiru. Walau itu membuat mereka berlimpah ruah materi. Karena mereka pasti mengajarkan injil yang lain dan yesus yang lain. Ingat, Tuhan tidak kompromi dengan dosa dan kesesatan. Pada saatnya mereka akan mendapat hukuman yang setimpal dengan kesesatan mereka.
Kalau Anda melihat hamba Tuhan yang pelayanannya murni, tulus diproses juga, jangan kecil hati dan berburuk sangka kepada Tuhan. Lha, orang yang melayani hidupnya banyak pergumulan, mending saya pilih jadi pengusaha saja. Saya ndak mau jadi pastor, saya pilih jadi donatur saja. Itu hidup sak karepmu. Ingat, Tuhan terus mengerjakan hidup hamba-hambaNya yang berkualitas, Dia tidak membuang waktu menggosok batu kali agar jadi berlian. Intanlah yang akan digosok dan dipoles untuk jadi berlian. Kalau Anda mengatakan lebih enak jadi batu kali, tidak akan dibentuk, digosok dan dipoles, silahkan saja. Tetapi kalau Anda dianggap berharga di mataNya seperti batu intan, bersiap-siaplah diproses jadi berlian yang indah.
Jadi kalau Anda mendengar bahwa Anda berharga di mata Tuhan, Anda adalah batu intan yang siap dibuat makin berharga lagi. Proses value added inilah yang dinamakan ujian, peremukan, pembentukan, pemurnian. Demikian dan sekian kali ini. Ingat batu kali atau batu intan atau kepala batu.
