Covid-19 Lagi

Hari Minggu sore keponakan saya menanyakan saya apakah kenal dengan Pak Kusno. Saya katakan kami teman karib di gereja sejak masih remaja. Ponakan saya cerita bahwa beliau kena covid, meninggal Minggu pagi sekitar jam 5 pagi dan sudah dimakamkan siang itu juga. Saya kaget dan terhenyak, karena beliau adalah teman dekat saya—kami camping bareng, nyanyi bareng dan se-gang di gereja dari remaja dan sampai kaum muda, walau kami berbeda sekolah. Banyak kenangan indah di masa remaja dan kaum muda yang kami lewati bersama. Bahkan ketika dia memutuskan untuk menikah dengan istri pertamanya, dia minta pertimbangan saya. Istri pertamanya meninggal karena kanker beberapa tahun kemudian, dan dia menikah lagi dengan seorang janda yang suaminya meninggal karena penyakit. Terakhir saya telpon dia tahun lalu, untuk cerita tentang proyek pelayanan persekutuan kami di Kutai Barat dan Mahakam Hulu. Saya minta kesediaannya untuk mengajarkan membuat pakan ternak di sana, karena dia pernah punya usaha peternakan ayam yang cukup berhasil dan pakannya dibuat sendiri. Tetapi pada saat kerusuhan tahun 2000 semua hancur, termasuk rumahnya. Kemudian dia menjadi guru di luar negeri selama beberapa tahun. Ketika saya tanya, dia langsung katakan bersedia mengajarkan cara dan formula membuat pakan ternak. Tetapi pelayanan di Kutai Barat dan Mahakam Hulu terhenti karena ada anggota tim yang membuat jadwal dan agenda sendiri di lapangan dan juga mulai merebaknya pandemi corona. Sepertinya kami harus me-review kembali rencana pelatihan usaha peternakan di sana.

Sekitar 15 tahun lalu dalam perjalanan pelayanan penjara di LP Madiun, teman yang duduk di sebelah saya stroke ketika kami sedang melewati Nganjuk. Dia katakan koq tangannya kebas/mati rasa, saya pijat-pijat bahunya, dia keluar keringat dingin dan tiba-tiba tidak sadar dan mengorok. Kami langsung larikan ke RS terdekat di sana, waktu ditensi di UGD tekanannya 250 lebih, dan oleh dokter jaga UGD di sana disarankan untuk segera dirujuk ke RS di Surabaya yang punya peralatan lebih lengkap. Di salah satu RS di Surabaya teman saya diopname 3 hari tanpa pernah pulih kesadarannya dan akhirnya meninggal. Teman ini punya hati untuk melayani para narapidana narkoba di LP Pamekasan dan LP Madiun. Walau secara ekonomi dia tidak berlimpah, tetapi hati melayaninya luar biasa—untuk pelayanan penjara di Pamekasan, dia masak dan siapkan sendiri nasi bungkus untuk dibagikan saat pelayanan ke napi Kristen setelah ibadah. Kami sering saling olok karena waktu itu kami berdua masih jomblo—bujang lapuk yang dituduh terlalu pilih-pilih, kebanyakan syarat, mencari wanita yang sempurna, tidak bisa move on dan lain-lain tuduhan yang tidak jelas. Padahal tidak semua orang yang belum menikah karena alasan-alasan itu, bisa saja karena sudah menikmati kebebasan sebagai jomblo, atau takut dapat istri galak, cerewet, penuh tuntutan, sehingga mengulang tragedi masa kecil dimarahi dan diomeli sang ibu. Kalau saya pribadi salah satunya karena ketakutan yang ditimbulkan selama pelayanan konseling rumah tangga bertahun-tahun. Tiap yang datang ke saya masalah rumah tangganya ruwet, entah karena suami, istri atau saudara-saudara ipar, mertua, atau pihak ke-3 yang bikin rumah tangga jadi ruwet. Karena pelayanan konseling rumah tangga, ya 99% yang datang punya masalah rumah tangga. Tidak ada satupun yang datang ke saya cerita rumah tangganya bahagia. Dan alasan lain takut dapat istri yang bergaya hidup selebriti, maunya serba mewah yang akan merusak kemurnian pelayanan saya menjadi pelayanan yang loba, tamak akan uang. Daripada ribut sama istri tiap saat, mending nuruti maunya—ke Tuhan kan bisa minta ampun, ke istri mana bisa, bisa makin ngamuk. Maka Tuhan berikan istri saya yang hemat, bahkan cotton bud yang dipakai satu sisi tidak dibuang tapi disimpan untuk dipakai sisi lainnya baru dibuang. Weleh-weleh.

Kemudian sekitar 10 tahun lalu teman saya pelayanan ke Kalimantan Tengah: Pangkalan Bun, Sampit, sekitar Kab. Lamandau, dan daerah-daerah Kalimantan Timur, juga meninggal karena stroke. Orang yang tidak berlimpah harta, hanya punya usaha kecil, tetapi menjadi berkat buat banyak orang. Jaman itu penerbangan ke Pangkalan Bun hanya lewat Semarang dengan pesawat baling-baling sekitar 2 jam. Berbeda dengan sekarang banyak penerbangan dengan pesawat jet ke sana.

Kehilangan teman pelayanan bisa sangat mendukakan, karena kami punya hati yang sama melayani orang-orang yang tidak bisa memberi kembali secara materi. Kematian seseorang yang tidak punya kedekatan dengan kita secara pribadi, tentu saja tidak akan menimbulkan rasa kehilangan yang dalam. Tetapi semakin dekat kita dengan seseorang semakin dalam kehilangan yang terasa.

Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. – (Markus 16:1-4 )

Orang-orang yang dekat kepada Yesus ini membawa rempah-rempah untuk meminyaki jenazah Yesus, sekalipun mereka tahu mereka tidak akan bisa menggeser batu yang menutup gua tempat mayat Yesus diletakkan. Kasih mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik tanpa memikirkan halangan yang akan mereka hadapi. Kasih tidak mengurungkan perbuatan walau tahu keterbatasan dan situasi yang dihadapi. Bayangkan kalau mereka mempertimbangkan bahwa akan sia-sia semua persiapan yang mereka lakukan, dan semua rempah-rempah itu tidak akan bisa dipakai meminyaki tubuh Yesus, karena ada batu penutup gua yang tidak akan bisa mereka geser. Buat apa melakukan sesuatu yang tujuan akhirnya tidak akan bisa tercapai. Mending diam di rumah saja. Tetapi kasih sering membuat orang melakukan perbuatan “bodoh” dan tidak berpikir panjang. Dan mereka menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus.

Perempuan-perempuan ini tetap mengasihi Yesus sekalipun Dia mati dan “tidak bisa berbuat apa-apa” lagi di hidup mereka—tidak bisa lagi menyembuhkan, membuat mujizat, memberi makan dll. Tetapi kasih tidak memikirkan apa yang bisa dilakukan Yesus buat mereka. Kasih tidak berhenti sampai yang dikasihi sudah tidak bisa berbuat apa-apa, tidak lagi berguna buat mereka. Kasih yang luar biasa. Jaman sekarang banyak orang percaya hanya mengasihi ketika Yesus berkuasa atas masalah, memberi semua yang diingini, memberkati, dan semua kepentingan mereka pribadi diadakan dan dijawab. Tetapi merasa tidak dikasihi, meragukan pemeliharaan dan kesetiaanNya. Jadi yang dikasihi bukan pribadiNya, tetapi kuasa dan berkatNya. Betapa jauhnya beda antara kita dan wanita-wanita luar biasa ini. Sekalipun Yesus mati, mereka tetap mau meminyaki tubuhNya dengan rempah-rempah. Kasih mereka tidak sebatas ketika Yesus “masih berguna” tetapi juga ketika Ia mati.

Di masa pandemi ini tidak sedikit yang mempertanyakan apakah mereka dikasihi Tuhan. Sekalipun Tuhan mengasihi kita, bila kita tidak mengasihi Dia maka tidak terjadi suatu ikatan kasih. Seperti seorang pemuda mengasihi seorang pemudi, tetapi si pemudi tidak mengatakan bahwa ia juga mengasihi si pemuda, maka cinta hanya bertepuk sebelah tangan. Atau si pemudi mencintai si pemuda hanya semata-mata karena si pemuda kaya raya, berkuasa dan punya segala sesuatu untuk menyenangkan si pemudi, maka ini adalah cinta materi, seperti lagu Madonna yang berjudul Material Girl. Ketika sudah terjalin ikat saling mengasihi, maka pasti terpikir dan terbayang untuk mengokohkannya dalam perkawinan, agar bisa selalu bersama dan tidak terpisahkan lagi.

“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” – (Yohanes 14:21)

Percaya janji Tuhan itu baik, memperkatakan Firman itu Alkitabiah, tetapi tidak hanya sampai di sana. Memegang dan melakukan, barulah dianggap mengasihi Tuhan. Selama ini kita “tuwuk” (kenyang) dengan khotbah bahwa Tuhan akan segera lakukan ini dan itu bagi kita. Dan dengan koor gegap gempita kita aminkan. Tetapi kasih kepada Tuhan adalah melakukan yang Tuhan kehendaki, bukan minta, nunggu, imani bahkan tuntut Tuhan akan lakukan yang kita mau. Kasih materialistis dan memanfaatkan atau kasih murni dalam ketaatan.

Minggu lalu kami ada kirim dana untuk beberapa Hamba Tuhan di pelosok yang terkena dampak parah pandemi ini. Dan saya share ke satu pengurus kami kondisi ini dan dia langsung transfer bantuan juga ke tim kami. Dari laporan tim yang mengantarkan persembahan kasih, saya mendengar ada beberapa Hamba Tuhan yang mengatakan; “Ternyata Tuhan mendengar doa kami.” Ya Dia pasti mendengarkan kita semua, tetapi yang sering tidak mau mendengar dan pura-pura tidak mendengar adalah orang-orang yang sudah diberkati Tuhan, bahkan selevel bendahara-bendahara Tuhan. Menutup mata terhadap keadaan saudara-saudara yang sedang membutuhkan uluran tangan dengan alasan suruh mereka berharap ke Tuhan, jangan mengandalkan manusia karena Yeremia mengatakan terkutuklah orang yang mengandalkan manusia. Ingat iblis juga pintar pakai ayat. Sekalipun Tuhan pernah memelihara nabi Elia lewat burung gagak, tetapi hal itu hanya satu kali terjadi di seluruh Alkitab, dan mengutus malaikat untuk memberi makan hambaNya. Di jaman Perjanjian Baru, kita adalah para imam/hamba yang melayani, maka Tuhan memakai kita sebagai alatNya. Kalau kita memakai ayat di Yeremia untuk menutupi sifat kikir, ketamakan, cinta uang dan ketidak-taatan kita kepada Tuhan, maka silahkan semua berkat yang kita terima lewat manusia kita kembalikan semuanya dan nantikanlah yang diantar burung gagak dan malaikat saja. Jadi ayat berlaku untuk semua orang, bukan dijadikan alasan untuk menghindari dari menolong orang. Saya juga sampaikan kepada beberapa pengurus persekutuan kami untuk mulai berbagi sesuai apa yang digerakan Tuhan untuk dilakukan. Ada yang membagikan sembako ke orang yang membutuhkan, ada juga membagi-bagikan nasi bungkus kepada gelandangan, dll. Banyak perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih dalam Alkitab. Ingatlah:

Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru. – (Amsal 21:13)

Kata lemah disini dalam bahasa aslinya “dal” yang berarti miskin, sedang membutuhkan, lemah dan kurus.
Di English Standard Version diterjemahkan;

“Siapa yang menutup telinga bagi jeritan orang miskin, suatu saat dia juga akan menjerit tetapi tidak akan didengarkan.”

Alkitab dengan jelas mengatakan kelak di suatu saat kita akan juga akan dalam seatu keadaan yang butuh pertolongan, dan Tuhan tidak akan menjawab kita. Ngeri betul.

Di tengah pandemi ini juga di roh saya merasa Tuhan ingin anak-anakNya melakukan perbuatan kasih, melepaskan ketamakan dan menunjukkan kasih kepadaNya dan sesama. Tim kami melaporkan ternyata ada satu mahasiswa salah satu sekolah teologi yang terancam drop out karena tidak bisa membayar biaya kuliah dan pondokan yang hanya Rp650.000 per bulan. Padahal masa kuliahnya hanya sisa 2 semester saja. Ada pengurus persekutuan kami yang terbeban dan akan menanggung biaya kuliahnya sampai selesai.

Sejak beberapa bulan lalu saya merasa digerakkan Roh Kudus untuk memberkati anak-anak di lingkungan kami, saya share ke istri apa yang saya dapat dan kami mulai membeli pakaian-pakaian baru untuk dibagikan. Dan itu berkembang di gang sebelah dan mereka juga minta dan kami pesankan lagi. Kemudian seminggu sekali kami menyiapkan makan untuk anak-anak di sekitar kami. Awalnya hanya anak-anak tapi kadang ada orang dewasa atau anak-anak yang ingin membawa pulang untuk orang tuanya di rumah, kami sediakan lebih banyak lagi. Kadang ada orang dewasa yang kebetulan lewat ketika kami mengajak anak-anak makan dan kami undang bergabung juga. Saya tidak pernah share ke persekutuan kami, tetapi Tuhan melihat kami melakukan yang Dia perintahkan, dan ada orang yang digerakkan untuk ikut jadi berkat dalam pelayanan kasih ini. Yang luar biasa, orangnya bukan orang yang sedang diberkati, tetapi orang yang sedang mengalami kesulitan keuangan, sehingga rumahnya harus dijual untuk membayar hutang. Dan menjual rumah di tengah pandemi ini harganya pastilah tidak seperti yang diharapkan. Dia tidak tahu pelayanan ini, tetapi Tuhan gerakkan untuk mentransfer berkat. Orang kaya memberi itu biasa, orang sampai jual rumah untuk bayar hutang tapi tetap bisa jadi berkat itu luar biasa. Dan minggu lalu ada anak rohani di persekutuan kami yang digerakan Tuhan untuk memberkati juga. When there is a vision, there must be provision. God is alive.

Maka timbullah kelaparan di negeri itu. –Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin. – (Kejadian 26:1)

Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. – (Kejadian 26:12)

Ishak menabur di negeri orang Filistin, bukan di Tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan, tetapi ia menuai 100 kali lipat. Di masa pandemi ini banyak bisnis, usaha, produk yang bisa kena imbas paling keras seperti wedding organizer, penyewaan alat-alat musik, sound system maupun usaha lain yang biasanya mengumpulkan banyak orang, termasuk pertemuan ibadah. Tetapi salah satu pengurus kami, yang usahanya termasuk sunset business—menurut istilah saat ini, karena kemajuan teknologi, apa yang dia produksi akan jadi barang kuno dan tidak laku lagi—tetapi orderan tetap masuk. Ishak menabur waktu kelaparan, tidak didukung alam; iklim, cuaca, curah hujan—dan menaburnya bukan di tanah Kanaan tetapi di negeri Filistin, tetap diberkati. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan tidak ada yang mustahil bagi orang percaya. Sekalipun halangan dan tantangannya berlapis. Salah satu aktivis di Doa Semalaman kami bekerja di bidang property juga masih berkibar terus dalam pandemi ini. Konon kita lebih dari pemenang—lebih dari sekedar menang tapi menang telak.

Pandemi ini adalah juga alat ukur seberapa kepedulian sosial kita kepada orang lain, seberapa iman kita kepada Firman Tuhan bahwa orang yang memberi tidak akan kekurangan dan sedalam apa kita diikat oleh ketamakan dan cinta akan uang dan egoisme.

Mari jadi orang yang Tuhan kehendaki.