Covid-19

Dalam dua minggu ini saya mendapat kabar dari teman bahwa dia positif kena Covid-19 dan harus opname di rumah sakit. Kemudian saya mendapat kabar dari teman sepelayanan bahwa mertua dari teman saya positif kena Covid-19. Dan yang menjadikan keadaan lebih buruk gula darahnya hampir 500. Ketika ditelusuri ternyata mertua teman ini seminggu sebelumnya ada rapat pelayanan. Diperkirakan tertular dari orang tanpa gejala. Semoga Tuhan memberikan kesembuhan dan pemulihan mengingat ada penyakit diabetes yang dideritanya. Dan pagi ini ketika saya final checking ada teman memberi informasi bahwa 2 karyawan di kantornya positif kena corona.

Dalam doa semalaman di Surabaya, sekitar dua tahun sebelum pandemi Covid-19 memang Roh Kudus ungkapkan akan ada penyakit baru. Sudah saya muat di bagian nubuatan dan penglihatan. Tetapi memang tidak diungkapkan jenis penyakit apa yang akan menjadi penyakit baru itu. Karena memang Firman Tuhan mengatakan bahwa nubuat kita tidak sempurna (1 Korintus 13:9). Kadang ada hanya sebagian kecil informasi yang Tuhan ungkapkan, kadang cukup lengkap yang diungkap. Tetapi yang jelas tidak pernah diungkapkan jam, hari, tanggal akan terjadinya. Seperti jatuhnya pesawat dari Surabaya tujuan Singapura dan yang jatuh di perairan Kerawang beberapa tahun lalu, itu sudah diungkapkan sewaktu doa semalaman juga dengan jelas ciri dan warna pesawatnya. Yang belum terjadi adalah penglihatan pesawat yang terbang berputar dan melintir di mana pilotnya berusaha mengendalikan pesawat tetapi gagal dan jatuh menghantam bumi, juga diperlihatkan jenis, type pesawat dan perusahaan penerbangannya. Tetapi kembali Tuhan tidak mengungkapkan kapan peristiwa itu akan terjadi.

Mempertimbangkan banyak hal penglihatan dan nubuatan yang diungkapkan dalam doa semalaman baik di Surabaya dan Semarang banyak bersifat off the record, sehingga di delete waktu di edit, sebelum di upload ke website. Karena ada hal-hal yang bersifat terbatas dan hanya untuk komunitas terbatas. Juga mengingat UU ITE, agar tidak menimbulkan keresahan sosial.

Sudah berbulan-bulan kita didera Covid-19, dan banyak aspek kehidupan yang kena imbas dan tidak sedikit yang terhempas pandemi ini. Termasuk rencana saya mengirim salah satu keponakan untuk sekolah pilot. Sekarang saya perlu berpikir ulang untuk itu, karena pandemi ini mendera dunia penerbangan dengan keras. Kalau kita buka sosial media banyak usaha mal, hotel yang on sale ditawarkan online. Termasuk di Facebook saya baca ada para gembala yang mengeluh tidak ada penghasilan. Kita percaya Tuhan bisa mengubah semua yang buruk menjadi kebaikan untuk kita orang percaya. Sambil tetap berdoa memohon perlindungan dan keluputan dari Tuhan, menjaga diri agar tidak tertular virus ini dengan menerapkan protokol kesehatan dan tidak mencobai Tuhan.

Sementara menunggu ditemukannya vaksin yang terbukti secara klinis, dan penularan virus ini mereda, ada baiknya kita pakai waktu untuk mengadakan perenungan, perbaikan dan perubahan new normal dalam hidup kita. Sebagai umat Tuhan banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran dan ambil hikmahnya dari pandemi ini.

Secara jasmani:
1. Sudahkah kita hidup dengan bijak?
Kesehatan, kekuatan, waktu, keuangan dan kesempatan yang Tuhan berikan kita pergunakan dengan baik dengan bekerja dengan tekun atau dengan bermalas-malasan, tanpa tujuan dan target, hidup kelewat santai. Hidup boros dan hanya menuruti keinginan mata dan hati. Tidak menyimpan di masa limpah, masuk masa susah langsung ambruk.

2. Sudahkah kita hidup dengan berhikmat?
Firman Tuhan dengan jelas mengatakan segala sesuatu ada masa dan waktunya. Tidak ada sesuatu yang tetap stabil dan terus menyenangkan. Ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk menuai, ada waktu untuk menangis ada waktu untuk tertawa. Ada saat yang baik, menyenangkan, ada saat-saat buruk mendukakan. Sikap take it for granted selama ini pasti mengalami keguncangan yang dahsyat, ketika kenyamanan hidup digoyang keras, membuat stress banyak orang. Sebagian besar orang berharap semua baik-baik saja tanpa pernah berpikir untuk mempersiapkan diri menghadapi yang buruk.

Secara rohani
1. Sudahkah kita hidup sebagai imam-imam?
Kita semua adalah imamat rajani (1 Petrus 2:9), tetapi baca Firman Tuhan, merenungkan Firman kita anggap sebagai tugas para hamba Tuhan, dan kita tinggal mendengarkan mereka khotbah. Kita bersikap seperti bayi yang ingin disuapi dan dicekoki setiap saat. Atau beralasan malas baca, tidak mengerti karena tidak berpendidikan teologia. Bahkan doa pribadipun asal-asalan, dan kalau ada masalah, beban, pergumulan, kita tinggal minta orang-orang yang kita anggap dekat dengan Tuhan, dipakai dan diurapi Tuhan untuk mendoakan kita. Memang ada orang-orang yang dipakai khusus oleh Tuhan, tetapi bukan berarti kita boleh bergantung kepada mereka dalam segala hal. Mereka kita jadikan pengantara kita dengan Tuhan, padahal kita adalah anak-anak Tuhan dan mereka hamba. Tinggi mana kedudukan dan mestinya siapa yang lebih dekat ke Bapa? Anak atau hamba? Hamba Tuhan bukan dukun yang didatangi untuk minta agar semua berjalan lancar sesuai rencana. Mereka juga bukan penglaris usaha.

Kedatangan kita kepada Tuhan lebih dimotivasi tidak jauh dari jatuh dan butuh. Jatuh dalam masalah, hutang, pergumulan, kegagalan, kekurangan, kedukaan. Butuh jawaban, pertolongan, solusi dan berkat. Padahal kita tahu dua hukum yang utama: Kasihilah Tuhan, dan yang ke-dua: Kasihilah sesamamu (Matius 22:37-39). Tetapi kasih kita tidak pernah tumbuh kepadaNya, tidak ada waktu pribadi dengan Dia, tidak ingin mengenal dia lebih dalam, tidak menikmati persekutuan duduk di kakiNya, tidak ingin menyenangkan Dia. Kita hanya perlakukan Dia seperti profesional yang kita datangi, minta tolong, beri persembahan dan nunggu semua dibereskan. Setelah Covid-19 ini Roh Kudus dengan tegas dan jelas mengatakan ada yang lebih buruk dari Covid-19 sudah siap terjadi.

2. Lepaskan kesombongan dan keangkuhan.
Kita yang merasa semua pasti berjalan aman, lancar, sesuai rencana dan seperti yang diharapkan, sehingga kedekatan dan kekariban kita biasa-biasa saja. Hanya virus kecil yang tidak kasat mata, bisa merusak semuanya. Kemampuan, pengalaman, pendidikan kita jadi tidak berarti, diporak-porandakan virus. Ini baru virus, belum Tuhan sendiri meremukkan kesombongan dan keangkuhan kita. Semua yang kita capai lewat jerih payah puluhan tahun bisa tersapu hilang dalam sekejap. Dulu semua kita analisa, rencanakan, rancang dengan penuh keyakinan pasti sukses, dan kita bawa dalam doa yang hanya bersifat pemberitahuan dan mohon diberkati. Saatnya sekarang dari awal memohonkan petunjuk Tuhan untuk semua hal dari tahap paling awal. Dia berkenan/tidak, Dia akan berkati/tidak. Bukan semua sudah matang baru sekedar minta restu.

3. Jadi milik Tuhan, bukan hanya memiliki Tuhan tetapi bukan milik Tuhan (Kidung Agung 2:16)
Kita minta berkat Tuhan, kita mohon pertolongan dan solusi, kita berseru untuk dibela, kita berharap Tuhan bertindak bagi kita. Tetapi sudahkah kita tahu, peduli akan perasaan dan kerinduanNya dan melakukan perintahNya yang Dia ingin kita lakukan secara pribadi? Perintah umum banyak tetapi ada perintah-perintah pribadi yang Dia mau kita kerjakan. Contohnya banyak sudah saya sampaikan dalam khotbah-khotbah. Seperti seorang suami yang disuruh belikan istrinya gelang berlian dua deret melingkar—ternyata itu memang diingini si istri waktu mereka mampir ke toko perhiasan di Singapore. Atau seorang suami yang disuruh belikan istrinya mobil Mercy, yang ternyata si suami sudah janji hampir tiga puluh tahun lalu, tetapi walau mereka sudah kaya raya si suami masih enggan menepati janjinya, dengan alasan mending uangnya diputar lagi di usaha mereka supaya makin kaya. Dan banyak lagi perintah-perintah pribadi dari hati Sang Raja. Semakin dekat dan melekat kita kepadaNya semakin kita mengenal hatiNya, dan Dia akan semakin mengungkapkan isi hatiNya. Karena hubungan kasih adalah hubungan dari hati ke hati. Tuhan mengenal siapa yang menjadi miliknya.

Beberapa kali saya menjadi pemimpin rohani rombongan ke Israel, dan beberapa kali saya ingin membeli cincin emas yang bertuliskan bahasa Ibrani ani l’dodi v’dodi li, yang diambil dari Kidung Agung 2:16 untuk saya pakai sendiri, tetapi beberapa kali gagal. Yang pertama stock tidak ada, saya pesan karena di jadwal saya akan bawa rombongan lagi, pas sampai di sana yang ukuran jari saya tidak ada. Dan selama 6 kali memimpin rombongan saya belum mendapatkannya. Waktu di daerah Ben Yehuda, Yerusalem saya tidak sempat mencarinya karena mengawal para ibu-ibu supaya tidak berpencar terlalu jauh.

Sebagai pelayan Tuhan banyak hal yang kita bisa ambil hikmahnya lewat pandemi ini:
1. Ujian atas panggilan, iman dan harap kepada Tuhan.
Ketika semua berjalan tidak seperti yang kita harapkan, apakah kita masih percaya bahwa memang kita dipanggil untuk melayani? Apakah kita hanya percaya ketika semua berjalan dengan baik, tanpa badai, jurang, dan angin topan? Dan ragu akan panggilan ketika semua yang tidak nyaman terjadi. Bukankah semua itu menguji kemurnian dan keteguhan panggilan kita. Murni kita melayani Tuhan sebagai hamba Tuhan, bukan sebagai hamba uang. Bila kita tidak percaya panggilan kita, bagaimana Tuhan bisa percayakan pelayanan? Sebelum kita bisa mengajarkan iman kepada orang lain, Tuhan perlu menambah iman kita lewat banyak hal-hal yang buruk. Percayakah bahwa Dia tidak pernah berubah, Dia tidak pernah terlambat, Dia mempedulikan kita, Dia sanggup mengadakan semua yang kita butuhkan? Kalau kita tidak percaya mending mundur dari pelayanan dan cari kerja lain, daripada akan berharap ke manusia, kompromi, dan hanya fokus menyenangkan manusia. Dia sanggup memelihara hamba-hambaNya, dan Dia bersukacita atas kesejahteraan hamba-hambaNya.

2. Saatnya mengawasi pengajaran yang kita sampaikan.
Selama ini kita selalu mendengar tentang terobosan, percepatan, promosi, mijizat Tuhan yang jadi thema utama kotbah. Saatnya untuk menyeimbangkan pengajaran dengan ajaran sehat. Dunia bukan sorga, dan hidup di dunia bukan untuk hanya untuk mengejar hal-hal duniawi. Ikut Yesus bukan berarti semuanya akan baik-baik saja, tetap ada badai topan menghadang. Pengajaran yang sehat menjadikan iman sehat, persepsi tentang Tuhan dan kehidupan juga sehat. Pengajaran yang tidak sehat membuat semua salah arah tujuan, jadi rapuh, mudah goyah dan tidak tahan uji.

3. Merubah lifestyle dan egoisme.
Selama keadaan normal dan baik kita menerima banyak dari orang yang kita layani, ekonomi kita pasti meningkat, sementara banyak diantara mereka yang tetap seperti itu-itu saja. Di saat seperti ini adakah kita kemudian mau berbagi dengan mereka apa yang kita peroleh dalam pelayanan? Atau biarlah mereka berjuang sendiri dan minta Tuhan langsung, sementara yang ada pada kita tidak boleh diganggu gugat? Melayani untuk mengeruk semata atau melayani untuk berbagi? Melayani termotivasi kasih atau termotivasi tumpukan harta dan kenyamanan hidup? Mental dan metode MLM harus kita lepaskan. Yesus tidak diberitakan dengan iming-iming kesuksesan materi yang kita sudah capai. Sehingga kalaupun orang ikut karena melihat kesuksesan materi yang kita capai, bukan berfokus pada Yesus. Karena kalau kita keliru di awal, susah untuk meluruskan tujuan yang salah dari orang yang ikut Yesus. Jadi dari awal penginjilan harus benar, berita keselamatan, bukan janji ketenaran, kesuksesan, kekayaan, kenyamanan hidup.

4. Saatnya mengukur rohani dan hubungan pribadi dengan Tuhan.
Ketika saya remaja, kebaktian membuat kebingungan/putus asa hilang sejenak. Saya dikuatkan kembali, apalagi lewat Kebaktian Kebangunan Rohani, rasanya iblis itu demikian mudah saya injak-injak. Tetapi iman dan semangat itu cuma ketika ibadah, dan tidak bertahan lama. Lesu, stress, bingung datang kembali. Hidup dari kebaktian ke kebaktian, tidak ada sumber air di dalam diri. Padahal Yesus mengatakan barang siapa percaya kepadaNya, dari dalam orang itu akan mengalir aliran kehidupan. Tetapi saya hanya segar dan kuat kembali lewat “hujan-hujan” di kebaktian dan semua tidak bertahan lama. Ketika saya menggali lebih dalam dan memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, setiap hari saya disegarkan dan dikuatkan kembali lewat doa pribadi dan perenungan firman. Jadi tidak menunggu sampai ada kebaktian baru mendapat kekuatan dan kesegaran walau pertemuan kebaktian tetap diperlukan. Pandemi ini menunjukkan kualitas iman, hubungan pribadi dan hidup dari hujan atau dari mata air. Apakah pelayanan kita mendewasakan jemaat atau mendewakan jemaat.

Sebagai hamba Tuhan saya sering menemukan bentuk ketidak-tahuan bahkan dalam hal-hal yang sederhana. Ada pengusaha yang undang saya ke pabriknya, ketika duduk di kantor pabrik saya diberi penglihatan silinder panjang sekitar 4 meter, dan Roh Kudus katakan settingnya tidak benar. Dia kemudian katakan sepertinya benar karena produksi lapisan di atas sol sepatu (saya tidak tahu nama lapisan ini) banyak reject. Kemudian saya diajak ke belakang di tempat mesin silinder itu. Tidak semua kerusakan karena kuasa gelap atau pekerjaan setan. Ingat setan tidak maha kuasa, tidak semua perkara dia bisa lakukan. Jangan sedikit-sedikit menuduh itu karena setan. Walau ada juga yang memang merupakan ulahnya dalam mengacau. Sebuah pabrik kalsium di Jatim mengundang saya karena mesin produksi kalsiumnya selalu patah crank shaftnya, dan teknisi mereka tidak menemukan adanya ketidak-normalan atau sumber masalah mengapa crank shaft selalu patah. Diganti baru beserta metal duduk dan metal jalan tidak lama patah lagi. Ketika saya sampai di sana, di atas mesinnya saya melihat ada makhluk berbentuk monyet duduk. Kemudian Roh Kudus perlihatkan ada sumur tua di bagian paling belakang pabrik. Ketika saya tanyakan apakah ada sumur tua dari tempat saya berdiri ke arah mesin terus lurus menuju ke belakang, pemiliknya katakan memang ada. Rupanya roh jahat yang berwujud monyet itu diam di sumur tua itu. Kemudian kami bersama-sama berdoa mengusirnya dan memerintahkannya untuk tidak kembali lagi. Sejak itu saya tidak mendengar lagi kabar kerusakan crank shaft yang tidak wajar.

Firman Tuhan jelas menuliskan tentang kuasa gelap, bukan roh gelap. Jadi memang mereka memiliki kuasa pada batas tertentu. Tetapi menyalahkan semua situasi dan kondisi buruk sebagai perbuatan mereka adalah tindakan yang naif. Tuhan juga membekali kita dengan akal budi, pakailah.

Tetapi kemudian ada doktrin pembelaan diri yang mengajarkan hanya orang tertentu yang dipakai dengan karunia-karunia roh. Memang benar, tetapi kita sebagai anak-anak Tuhan dan imam-imam juga diberi kuasa dengan level tertentu. Jadi pergunakanlah, jangan mau ditipu iblis dengan kebohongannya yang mengatakan bahwa anda tidak punya kuasa, anda tidak dipakai Tuhan, Tuhan punya favoritisme kepada orang tertentu, ada anak tiri ada anak emas. Jangan percaya kebohongan seperti ini. Semakin kita hidup melekat kepada Tuhan, semakin hidup benar maka level urapan, kuasa dan pemakaian Tuhan akan meningkat. Iblis tahu persis siapa pengikut Kristus dan siapa yang cuma pakai-pakai nama Kristus (Kisah Rasul 19:13–16). Tunduk kepada Tuhan baru bisa lawan iblis (Yakobus 4:7).

“Jangan main-main dengan kuasa gelap, serahkan kepada hamba Tuhan,” itu kalimat intimidasi yang sering kita dengar. Kita semua adalah anak-anak Tuhan. Secara yuridis formil jelas, secara de facto memang belum tentu. Di sinilah letak masalah, sekalipun kita anak, tetapi hanya yang hidup dalam kekudusan, melekat padaNya dan peka akan pimpinanNya yang diberi kuasa lebih. Ada satu pabrik di daerah Kle…k yang karyawannya sering kerasukan. Sudah mengundang banyak HT “ghost buster” yang high profile, tetap saja kerasukan terjadi. Yang lebih buruk adalah si pemilik pabrik mencari lagi ghost buster lain karena yang duluan tidak mujarab, dan juga minta tolong temannya mencarikan. Di hari yang sama si pemilik bawa 1 orang dan temannya bawa 1 orang. Lucunya salah satunya bilang tolong pilih, dia atau saya untuk mengusir. Bukannya bekerja sama dan sehati mengusir roh-roh jahat yang suka merasuki para karyawan, malah suruh pemilik pilih siapa yang dia mau pakai untuk usir. Kayak dagang aja, dodolan barang yang sama dianggap saingan. Angel, wes, angel. Dari teman pemilik yang disuruh bantu cari ghost buster cerita ke saya bahwa kerasukannya malah tambah sering setelah didoakan. Iblis tidak takut dengan ketenaran, nama besar, pelayanan besar, iblis takut pada orang yang hidup benar.

Sekalipun secara de facto berkat diberikan Tuhan lewat orang-orang yang kita layani, tidak berarti kita mesti tunduk kepada mereka. Tidak juga kita diperintahkan untuk menyenangkan, memberi kenyamanan, menuruti semua keinginan mereka apalagi menjilat kepada mereka. Tuhanlah yang memanggil kita melayani, Tuhanlah yang memakai kita, Dia memberkati dan juga memelihara kita. Jangan terbalik, mengaku hamba Tuhan tapi kerjanya nuruti jemaat, bukan menuruti Tuhan. Hamba mesti takut kepada Tuannya, bukan takut kepada jemaat. Dalam banyak pelayanan saya menemukan/melihat sendiri kedamaian palsu, kompromi dan ketakutan kepada jemaat. Walau jemaat merasa diberkati dan ada 1 orang saja yang tidak terima karena ditemplak firman, si gembala pasti tidak berani undang pelayanan lagi. Kelangsungan hidup organisasi nomer satu, jaga perasaan jemaat urutan paling atas. Tuhan tidak boleh masuk ke kandang dombaNya, karena ada yang merasa sebagai pemilik mutlak domba-domba. Ada yang setelah yang protes, pindah gereja baru, mau undang pelayanan lagi. Waktu saya dihubungi, saya tanya kepada yang menghubungi saya apakah gembalanya sekarang sudah tidak takut lagi ke jemaatnya?

Dewasakan berarti mendidik dengan benar lewat pengajaran yang sehat, bahkan makanan keras. Tetapi mendewakan berarti memanjakan, membuat nyaman, tidak berani menyinggung dosa, berharap berkat dari mereka, kelangsungan pelayanan (baca: income) sebagai pertimbangan nomer satu dan bisa satu-satunya, bukan Tuhan.

Tugas para pelayan adalah mengajar dan mendewasakan jemaat, agar jemaat juga membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Bukan terus bergantung kepada kita setiap saat dan menyerahkan semua masalah kepada kita. Siapakah orang tua yang bersuka cita ketika anaknya infantil, idiot dan tidak pernah bisa mandiri? Tugas kita mengantar mereka kepada Bapa, bukan menjadi pengganti Roh Kudus bagi mereka. Sehingga hidup mereka dipimpin sepenuhnya oleh kita dan bergantung kita terus. Hidup mereka harus dipimpin Tuhan dengan RohNya dan kita mengajari mereka mencari pimpinan Roh Kudus dalam setiap langkah hidup mereka. Diperlukan pembapaan (hati bapa) dalam hal ini, yang ingin anak-anaknya maju, bertumbuh dewasa, mandiri—bukan perhambaan yang ingin mereka jadi hamba-hamba/menuruti semua kemauan kita selamanya.

Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.