Bersyafaat Untuk Orang Lain

Beberapa hari lalu ketika doa pagi pribadi saat berdoa syafaat untuk keluarga-keluarga yang menjadi pokok doa syafaat saya, waktu berdoa untuk satu keluarga, Roh Kudus perintahkan untuk berdoa lagi untuk keluarga ini. Saya jadi khawatir, karena kalau sampai seperti ini, kemungkinan besar ada sesuatu yang serius terjadi pada keluarga ini. Tidak ada hal spesifik yang Tuhan ungkapkan untuk didoakan. Saya berdoa lagi untuk kesehatan, keselamatan, keluputan dari pandemi dan mohon pemeliharaan Tuhan untuk keluarga ini. Saya jadi kuatir akan kesehatan sang bapak, karena usia yang sudah hampir 70 tahun. Sehingga ketika sudah luang saya menelpon dan menceritakan saya disuruh berdoa lagi untuk mereka, dan saya ingin ke rumah mereka untuk tahu apa yang terjadi. Kemarin malam saya dan istri berkunjung ke rumahnya dengan membawa tensimeter dan alat tes kolestrol, asam urat dan gula darah.

Saya menanyakan apakah ada hal yang serius dan mengkhawatirkan yang terjadi sampai Roh Kudus suruh saya berdoa syafaat dua kali. Sang suami mengatakan bahwa pagi hari saya mendapat perintah itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Luar biasa! Saya kenal keluarga ini sudah berpuluh-puluh tahun, tetapi saya tidak tahu sama sekali tanggal ulang tahunnya. Tetapi Tuhan tahu, sehingga Dia menyuruh saya berdoa lebih lagi untuk keluarga ini. Orang lain bahkan yang terdekat bisa tidak peduli, tidak memperhatikan kita, tetapi Tuhan yang adalah Bapa Surgawi mengasihi dan memperhatikan kita.

Ketika diperiksa dengan Easy Touch GCU hasilnya memang kurang menggembirakan; gula darah suaminya hanya 30, dengan tensi yang tinggi. Sang istri asam urat maupun kolestrol keduanya sangat tinggi. Sejak pandemi mereka mengurangi aktivitas di luar dan tidak pernah ke fasilitas kesehatan untuk check up. Putera sulung mereka yang menjadi kepala cabang satu perusahaan pupuk dipaksa mengganti kerugian perusahaan ratusan juta atas pembayaran pupuk yang macet. Saya katakan mesti dilihat dulu kasusnya apakah mengutangi pupuk sudah sesuai kebijaksaan perusahaan atau tidak, kalau tidak ada kebijakan, aturan dan wewenang yang dilanggar maka pemimpin cabang tidak bisa dimintai pertanggunganjawab untuk menggganti piutang yang tidak terbayarkan debitur. Tetapi daripada jadi urusan, puteranya menuruti saja dan membayar semua piutang tak tertagih itu dengan memakai seluruh tabungan hari tua orang tuanya.

Walau Tuhan kemudian membuka pintu berkat lain—ada perusahaan yang menunjuk puteranya sebagi distributor produk mereka—saya sangat menyesalkan tindakan puteranya yang terburu-buru menyerah pada tekanan perusahaan dan mengganti kerugian itu. Karena harus dilihat apakah mengutangi pupuk tidak melanggar company policy dan kewenangannya sebagai pimpinan cabang. Kalau tidak ada aturan perusahaan yang dilanggar tidak semestinya dia yang dipaksa membayar kerugian perusahaan. Sama seperti seorang pimpinan bank mencairkan kredit, bila debitur tidak bisa membayar tidak mungkin pimpinan bank yang dituntut. Kecuali ada pelanggaran aturan dalam pemberian kredit, seperti tidak feasible, nilai jaminan tidak sesuai plafon kredit, dll.

Kadang pengalaman pernah duduk di bangku Fakultas Hukum selama beberapa tahun masih sangat berbekas di hidup saya. Cita-cita membela yang benar dan lemah kadang masih bergolak. Walau ilmu hukum sendiri mengakui menegakkan keadilan juga bisa berarti menegakkan ketidak-adilan. Azas hukum Summum Ius Summa Injuria. Summa lex Summa crux, yang diterjemahkan dosen saya dulu bahwa keadilan yang setinggi-tingginya berada pada ketidak-adilan yang setinggi-tingginya. Hukum yang keras justru melukai bukan menyembuhkan. Yang berlawanan dengan azas Lex Semper Dabit Remedium (hukum sebagai obat).

Kemudian kami sharing tentang pelayanan masing-masing dan saling mendoakan. Ada beberapa penyataan Tuhan untuk orang-orang yang kami layani, dan Roh Kudus katakan; “Kumpul doa minggu malam, Aku akan banyak bicara.” Jadi hari minggu malam beberapa hari lagi kami berempat akan doa bersama lagi.

I’ll keep you informed what He’ll tell and show us, guys.

Karena akhir bulan lalu waktu saya mendapat penglihatan ada dua gelombang pasang yang tinggi melanda pantai. Gelombang pasang yang pertama sudah terjadi beberapa hari lalu di salah satu pulau di mana tante dan sepupu saya tinggal. Dia informasikan lewat aplikasi WA, sampai 9 meter. Gelombang kedua sepertinya akan terjadi di lokasi lain segera, karena interval antara dua penglihatan itu tidak sampai 2 menit. Yang berarti jeda waktu antara kejadian yang pertama dan kedua tidak terpisah waktu yang lama.

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. – (Roma 8:26)

Kita sudah sangat sering mendengar kalimat doa adalah nafas orang Kristen. Tetapi harus kita akui urgensi untuk berdoa seringkali hanya datang ketika kita butuh pertolongan, jawaban, jalan keluar, kesembuhan dari Tuhan. Atau doa-doa normatif seperti doa makan, doa mau tidur,doa mau bepergian yang merupakan doa searah—we talk to Him bukan we talk with Him apalagi di level He talks with us.

Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya. – (Efesus 3:12)

tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar. Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada. – (Ibrani 9:7-8)

Ketika kita percaya kepada Tuhan dan diangkat menjadi anak-anakNya, maka sebenarnya kita punya hak akses masuk ke hadirat Tuhan setiap saat, yang berbeda dari hukum di Perjanjian Lama di mana hanya Imam Besar yang boleh masuk ke Ruang Maha Suci, itupun hanya setahun sekali. Di Ruang Maha Suci dari tutup pendamaian itu Allah berbicara.

Apabila Musa masuk ke dalam Kemah Pertemuan untuk berbicara dengan Dia, maka ia mendengar suara yang berfirman kepadanya dari atas tutup pendamaian, yang di atas tabut hukum Allah, dari antara kedua kerub itu; demikianlah Ia berfirman kepadanya. – (Bilangan 7:89)

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku – (Yohanes 10:27)

Jelas sekali ayat di atas mengatakan bahwa kita sebagai domba-dombaNya mendengar suaraNya. Tetapi ayat yang demikian jelas yang tidak membutuhkan penafsiran masih saja ditafsirkan berbeda dengan bermacam cara dan alasan. Kalau itu di kalangan penganut doktrin “cessation” kita tidak akan heran, karena mereka menganggap dengan sudah terkodifikasinya Alkitab secara final maka Tuhan berhenti berbicara langsung kepada umatNya. Sekarang semua hanya lewat firman tertulis di Alkitab saja. Tetapi di kalangan kharismatik banyak yang juga menafsirkan hal yang sama, mendengarkan suara Tuhan artinya mendengarkan khotbah dari mimbar, mendengarkan perkataan pendeta atau membaca Alkitab.

Di dalam ilmu hukum ada azas Interpetatio cessat in clariss (sesuatu yang sudah jelas, gamblang tidak membutuhkan penafsiran lagi, karena penafsirannya akan bersifat memelintir/menyesatkan). Tetapi tetap saja kita mendengar ayat tentang mendengarkan Gembala Agung kita, Yesus Kristus ditafsirkan sebagai mendengarkan gembala di tempat ibadah. Sejak kapan mereka menjadi setara dengan Kristus?

Kita tiap tahun merayakan Paskah tetapi tetap tidak mengerti akan hak istimewa yang kita dapatkan lewat korban Kristus di kayu salib. Pengertian kita hanya sebatas penebusan dosa, Dia mati ganti kita, oleh bilur-bilurNya kita sembuh, kutuk sudah dipatahkan sekarang kita pasti akan kaya karena tidak ada lagi kutuk penghalang berkat, dan mutar-mutar sekitar itu-itu saja. Padahal jelas Firman Tuhan menyatakan bahwa oleh korbanNya kita punya akses kehadiratNya. Terus masuk ke hadiratNya untuk apa? Menyampaikan segudang keinginan dan harapan? Minta Dia dengarkan, kabulkan dan berikan semua keinginan daging kita tuk angkat kita jadi orang kaya raya dan terkenal, supaya aku yang ada di dalam Dia dimuliakan? Atau untuk mendengarkan Dia berbicara kepada kita dan membangun hubungan dengan Dia?

Kita tahu Kristus, kita tahu Allah Bapa, tetapi tidak banyak mengenal dan berjalan dituntun Roh Kudus. Walau ada doktrin tentang Pneumatika, tetapi sering hanya berupa teori dalam ilusi tanpa praktek yang berisi.

Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh – (Galatia 5:25)

Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu. – (Roma 8:11)

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. – (Roma 8:14)

Kita sering melihat orang rebutan pelayanan, rebutan jemaat, karena nafsu kedagingan yang dibungkus dengan indah dan dikasih label visi Tuhan—padahal isi sebenarnya ambisi dan obsesi pribadi—sehingga pelayanan yang dikerjakan bukan karena panggilan Tuhan tapi wacana pansos diri sendiri. Kalau kita dipimpin Roh maka tidak ada tempat untuk keuntungan pribadi. Di masa pandemi ini siapa yang melepaskan fasilitas mewah yang didapat dari pelayanan: rumah mewah, mobil mewah, jam mewah, deposito dll untuk membantu jemaat yang terimbas ekonominya oleh pandemi ini?

Di masa pandemi ini juga banyak orang bingung tidak bisa pelayanan karena ibadah dalam jumlah terbatas. Bergaullah dengan Roh Kudus, kita tetap akan berfungsi dan menjadi berkat. Dia akan memimpin kita dan menjadikan kita alat-alat di tanganNya untuk menyatakan kasih, perhatian, kebaikan dan pemeliharanNya kepada anak-anakNya.