Anggur Bonyok

tandan anggur di Israel, di parkiran bus sebelum naik ke Gunung Karmel
Wine Tasting di Rosemount Winery
Winery di Hunter Valley. Australia
Kalau kita membeli buah anggur di super market, pasti kita memilih buah yang kulitnya masih mulus, tidak yang bonyok-bonyok. Sekalipun kalau bonyoknya sedikit-sedikit dan masih baru, tidak akan mempengaruhi rasa buah anggurnya. Tetapi sudah tidak sedap dipandang dan menghilangkan selera. Makin bonyok juga makin membuat buah jadi cepat busuk.
Bagaimana bila buahnya memang sudah banyak bonyoknya karena kesalahan handling selama shipment? Kalau tetap dijual akan banyak diskon, atau dibuang ke tong sampah.
Sama dengan kehidupan orang pecaya, harapannya kalaupun ada masalah, ya yang ringan-ringan saja. Kalau ada pergumulan, ya yang satu dua bulan selesai. Jangan ada yang berat-berat di hidup ini, wong mereka aliran klaim-klaim janji Tuhan dan ahli deklarasi ayat-ayat yang menguntungkan mereka.
Semua yang tidak enak, tidak nyaman, tidak menyenangkan hati boleh terjadi, tapi harus hanya berupa riak-riak kecil, tidak boleh berupa gelombang dan badai topan. Persis seperti buah anggur/grape yang hanya bonyok-bonyok, tidak sedap dilihat dan siap membusuk.
Untuk menjadi minuman anggur/wine, buah anggur harus ditekan, diperas dengan keras, agar daging buah anggur mengeluarkan air anggurnya (disebut must/juice). Kemudian ada proses fermentasi, clarification, dan terakhir aging dan bottling sebelum minuman anggur bisa dinikmati.
Jadi apakah kita rela melalui proses ditekan dan diperas seperti proses pembuatan wine dari buah anggur? Atau cuma jadi buah anggur yang bonyok-bonyok?